Kepemimpinan dalam Islam adalah hal yang memang sudah ditanamkan pada manusia dalam menjalani kehidupan ini. Karena manusia telah diberikan amanah bahwa ia harus menjadi khalifah (wakil) Allah di bumi.
Hal tersebut telah dijelaskan oleh firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 30:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Firman Allah tersebut telah menjelaskan bahwa manusia telah dipercayai oleh Allah untuk menjadi wakilnya dalam memimpin bumi, walaupun malaikat yang senantiasa bertasbih dan taat pada Allah, tapi Allah Maha mengetahui segalanya yang tidak kita ketahui, sekalipun itu malaikat.
Pemimpin dan Masyarakat
Perihal kepemimpinan, tentunya tidak jauh dari masyarakat. Hal ini tentunya akan menjadi pembicaraan yang hangat di dalam pembicaraan tentang kepemimpinan. Contohnya seperti pemilihan lurah sebagai pemimpin desa, tentunya pemilihan tersebut menjadi buah bibir warga dan menjadi perbincangan yang hangat. Hal ini sudah lumrah di tengah masyarakat. Sama halnya dengan pemimpin-pemimpin lainnya baik skala besar maupun kecil.
Didalam ajaran Islam, kepemimpinan ini tentunya harus dilandasi oleh syariat-syariat Islam untuk menuntun kita ke jalan yang benar dan menjadi pemimpin yang benar sesuai dengan ajaran Islam untuk menegakkan tiang agama ke jalan Allah.
Namun, perlu diingat bahwa seorang pemimpin bukanlah orang yang berkuasa dan semena-mena, melainkan seorang pemimpin adalah orang yang merangkul orang–orang sekitarnya. Bahwa sesungguhnya, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang membawa rahmat dan menyampaikan apa yang disampaikan Allah kepada hambanya.
Landasan Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam ini dilandasi bahwa dia adalah orang yang menyampaikan rahmat dari Allah yang mana manusia sebagai Abdullah (hamba Allah). Di sinilah, seorang pemimpin didedikasikan untuk berjalan di jalan Allah.
Sama halnya dengan sabda Rasulullah;
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya.”
Sabda Rasulullah tersebut menjelaskan bahwa setiap orang adalah pemimpin, baik pemimpin perusahaan, organisasi, negara, wilayah, maupun diri sendiri. Memimpin diri sendiri adalah sama halnya dengan kita yang mengatur badan kita ke jalan yang benar, yaitu jalan Allah. Yang mana nantinya tentu diminta pertanggung jawaban di hari akhir.
Begitu juga dengan kita yang sebagai pemimpin di suatu organisasi ataupun negara. Kita akan dimintai pertanggung jawaban, apakah orang yang kita bawa sudah benar-benar dituntun ke jalan yang benar atau tidak? Oleh sebab itu, seorang pemimpin adalah orang yang benar-benar bisa bertanggung jawab, karena tanggung jawabnya begitu besar sekali. Itulah kepemimpinan dalam Islam.
Tapi, jika kita tidak memiliki pemimpin, maka kita akan linglung, mau dibawa ke mana kita? Itulah fungsi dari pemimpin. Maka dari itu, kita harus benar-benar memilih pemimpin yang benar sesuai dengan ajaran Islam agar dapat menuntun kita ke jalan Allah.
Konsep Kepemimpinan dalam Islam
Mengingat kita adalah makhluk sosial, maka kita perlu adanya suatu kelompok alias berkelompok. Dengan kita berkelompok, maka kita bisa bersosial. Seperti yang dijelaskan bahwa kita harus berpegang teguh pada Allah, juga berpegang teguh pada manusia. Yang artinya adalah, walaupun kita sering ibadah pada Allah, tapi kita menutup diri dari masyarakat, sama saja.
Lalu, kenapa manusia ditakdirkan sebagai pemimpin atau khalifah di muka bumi ini? Jawabannya adalah bahwa manusia telah dianugerahi akal. Manusia adalah makhluk yang diberikan amanah oleh Allah untuk melengkapi dan menjaga amanah tersebut dengan kemampuannya yaitu sebagai konspetual dan potensi yang dimiliki manusia. Manusia pun juga memiliki hak untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Hal tersebut telah dijelaskan di firman Allah pada surah al-Baqarah ayat 31,
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!’”
Di sini dijelaskan bahwa manusia tentunya memiliki pemikiran sebagai konseptor yang mana bisa memikirkan sesuatu yang belum ada menjadi ada. Jika manusia belum berpikir, maka hal tersebut atau nama-nama buah tadi, tidaklah ada, dan jika manusia berpikir, maka hal tersebut pun akan menjadi ada. Di sinilah fungsi akal pada manusia yang telah dianugerahi Allah.
Selain itu, manusia juga diciptakan oleh Allah dengan porsinya masing-masing yang mana antara kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Kelebihan dan kekurangan tersebut telah dibungkus dalam tiga hal yang disebut karunia Allah. Tiga karunia Allah ini di antaranya adalah akal, hati, dan nafsu. Dengan ketiga karunia tersebut maka manusia bisa menjadi mulia dengan berbagai hambatan dan masalah yang terjadi di lingkungannya.
Hal tersebutlah alasan utama mengapa manusia bisa menjadi pemimpin atau khalifah di muka bumi. Karena hal tersebut adalah konsep dari kepemimpinan dalam Islam.
Menurut artikelnya Pak Pulung, konsep kepemimpinan dalam Islam itu bisa gak sih diterapin dalam lingkungan kerja yang beragam agamanya? Bingung juga aku mikirinnya.
Fajar, menarik pertanyaannya. Menurut saya, prinsip-prinsip dasar kepemimpinan itu universal dan bisa diadaptasi. Yang penting itu bagaimana cara kita mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut tanpa mengesampingkan kepercayaan orang lain.
Saya kira artikel ini membuka wawasan baru bagaimana kepemimpinan dalam Islam bisa menjadi solusi atas berbagai masalah sosial saat ini. Terima kasih Pak Pulung atas pembagiannya!
hm, semua teori bagus di kertas ya, tapi prakteknya? kasusnya banyak kok pemimpin yang ‘katanya’ menerapin prinsip islam tapi korupsi juga di belakang. gimana dong?
Artikelnya menarik sekali ya. Saya jadi lebih mengerti bahwa memang pemimpin itu harus ada kedekatannya dengan rakyat, dan Islam sangat menekankan hal tersebut. Bisa jadi contoh nih untuk lingkungan kita.
Konsep kepemimpinan dalam Islam ini keren juga. Apalagi dibandingin dengan konsep-konsep modern yang sering kita dengar. Menambah perspective baru deh.
Saya menemukan bahwa banyak ide dalam artikel ini yang sejalan dengan konsep kepemimpinan yang baik yang dibahas di berbagai literatur, tidak hanya dari sisi religius tapi juga dari perspektif secular. Memang, jika ditelusuri, banyak nilai kepemimpinan universal yang bisa diambil dari berbagai sumber.
Membaca artikel tentang landasan kepemimpinan dalam Islam ini memberikan perspektif baru untuk saya. Bukan hanya tentang agama, tapi bagaimana nilai-nilai kepemimpinan itu universal. Tapi, selalu ada tantangannya ketika teori dihadapkan dengan realita.
bisa gak ya nilai-nilai kepemimpinan dalam artikel ini diaplikasikan di sekolah atau universitas? kayak untuk tim proyek atau organisasi mahasiswa?
jadi inget nih, leader grup chat aja susah ya biar pada nurut, apalagi jadi pemimpin beneran. haha, apa cuma gue ya yang ngerasa gitu?
Gue rasa konsep kepemimpinan dalam Islam itu bisa memberi solusi buat banyak masalah di masyarakat modern. Tapi masalahnya, gimana cara kita menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang, terutama yang non-muslim.
Setuju dengan Ari, tantangannya ada pada komunikasi nilai-nilai tersebut. Mungkin melalui dialog antarbudaya bisa jadi salah satu jalan. Kuncinya ada pada saling menghargai dan mau memahami.